29 April 2009

Pengorbanan Seorang Kekasih (Part. II)

Lega... kerjaan dah selesai, so bisa ngeblog lg d....
Seperti janji saya sebelumnya untuk melanjutkan cerita tentang Pengorbanan Seorang Kekasih, akhirnya hari ini bisa kesampaian juga posting lanjutannya. Bagi yg belum baca Part I nya, bisa dibaca dulu disini, bagi yg masih inget bisa langsung dibaca Part II nya, bagi yg ga' mau baca... ya udah baca yg lain aja.. hehe..
Udah ah jadi kepanjangan ni... Langsung aja ni baca.. monggo...

Dalam sekejap telah tiba musim semi yg kedua, sang kupu-kupu dg tdk sabarnya terbang kembali mencari kekasih yg telah lama ditinggalkannya. Namun disamping seseorang yg tdk asing lagi untuknya, telah berdiri seorang wanita cantik. Sang kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa, ia benar-benar tdk percaya dg pemandangan didepan matanya sendiri, & lebih tdk percaya lagi dg omongan yg dibicarakan banyak orang.


Orang-orang selalu menceritakan ketika hari Natal, betapa parah sakit sang
lelaki & melukiskan betapa baik & manisnya dokter wanita itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya mereka saling mencintai & tentu saja melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu, dsb. Sang kupu-kupu sangat sedih & terpukul mendengarnya. Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat sang lelaki membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, ke pesisir pantai memandang matahari senja. Segala yg pernah dimilikinya dahulu dlm sekejap telah digantikan oleh wanita lain, sedangkan ia sendiri kadangkala hanya bisa hinggap diatas bahu sang lelaki, namun tdk dapat berbuat apa-apa.

Musim panas tahun ini sangat panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dg tersiksa & ia sudah tdk memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan suara antara sang kekasih dg wanita itu, & suara tawa bahaginya sudah cukup membuat hembusan napasnya berakhir. Karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu. Bunga bersemi dan layu, bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini.

Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si wanita, mencium lembut wajah wanitanya sendiri. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu. Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir dan pada saat hari yang terakhir, kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan wanita itu. Dalam gereja kecil telah di penuhi orang-orang. Sang kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan.

Ia mendengarkan sang kekasih yang berada di bawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan: "saya bersedia menikah dengannya!". Ia memandangi sang kekasih memakai- kan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesra- nya, membuat sang kupu-kupu mengalirkan air mata kesedihan.

Dengan pedih hati Tuhan menarik napas: "Apakah kamu menyesal?". Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya: "Tidak". Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan: "Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri". Sang kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya:"Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup".

Pesan moral :
* Ada beberapa kehilangan merupakan takdir.
* Ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan berakhir selamanya.
* Mencintai seseorang tidak harus memiliki, namun memiliki seseorang maka harus
baik-baik mencintainya.

0 comments:

Post a Comment